Laporan Pelatihan Air Quality Monitoring yang diselenggarakan oleh The International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (The Union) bekerjasama dengan PSIKM FK Universitas Udayana Bali-BaliTobacco Control Initiative, Jakarta, 11-12 September 2015.

Jpeg

Gambar 1. Pemaparan Slide tentang Air Quality Monitoring oleh dr. I Wayan Gede Artawan (BTCI)

Di udara yang kita hirup, terkandung molekul dan partikel yang tidak kasat mata dan partikel tersebut ada yang bisa diserap tubuh dan tersaring oleh mekanisme pernafasan manusia dan ada pula yang berukuran sangat kecil sehingga masuk ke organ tubuh (baca : paru). Asap kendaraan, debu jalanan dan sejenisnya yang pada umumnya dianggap membahayakan, justru memiliki partikel besar dan bila terhirup hanya menginfeksi sebatas pada saluran pernafasan atas (ISPA) yaitu hidung hingga tenggorokan. Tetapi, bagaimana dengan asap rokok? Asap rokok memiliki partikel yang sangat kecil, yakni 2.5 µg/m3 (mikrogram permeter kubik) sehingga menembus paru-paru dan organ tubuh lainnya dan sangat membahayakan bagi kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian.

Gambar 2. Penjelasan tentang pengisian data, cara kerja alat dan mekanisme penelitian oleh Bapak Ketut Hari Mulyawan, MPH.

Gambar 2. Penjelasan tentang pengisian data, cara kerja alat dan mekanisme penelitian oleh Bapak Ketut Hari Mulyawan, MPH (BTCI)

Secara umum, tujuan diadakannya pelatihan dan rencana penelitian pada kegiatan ini adalah untuk mengukur sejauh mana tingkat kualitas udara di kota-kota besar di Indonesia dan secara khusus untuk mengukur kadar asap rokok di udara dengan menggunakan alat pengukur kualitas udara (Air Quality Monitor) dengan waktu pengukuran 60 menit, dengan rincian : 15 menit di ruangan terbuka, 30 menit di ruangan tertutup (dalam gedung/ruangan) dan 15 menit di ruangan terbuka. Hal ini bertujuan untuk mengkomparasikan kualitas udara dalam ruangan dengan luar ruangan sehingga kita bisa mengetahui kondisi udara secara signifikan.

Cara kerja alat ini mirip dengan mekanisme pernafasan manusia, yaitu ada udara yang diserap dan dibuang. Saat udara diserap oleh alat, proses pendataan kualitas udara dimulai. Alat ini juga perlu dikalibrasi dengan jam tangan peneliti guna kecocokan timing pengukuran dan pencatatan. Hasil dari pelatihan ini yakni peserta diharapkan untuk mensurvey kualitas udara khususnya asap rokok di kota masing-masing dan melaporkan hasilnya pada tim Bali Tobacco Control Initiative (BTCI)-PSIKM FK Udayana Bali selaku supervisor proyek penelitian. Kegiatan pelatihan ditutup dengan foto dan makan siang bersama sebelum kembali ke daerah masing-masing. Bersama Ibu Ainal Mardhiah, Direktur CTCS, kami mewakili Aceh untuk berpartisipasi dalam project penelitian ini.

Gambar 3. Foto bersama panitia dan peserta kegiatan pelatihan Air Quality Monitoring, 12 September 2015 

Gambar 3. Foto bersama panitia dan peserta kegiatan pelatihan Air Quality Monitoring, 12 September 2015

———————————————————————————————————————————-

AA

Disampaikan oleh Andi Tharsia, S.Kep.,Ns.-Wakil Direktur Center for Tobacco Control Studies (CTCS) dan peserta “Air Quality Monitoring :The Union-PSIKM FK Universitas Udayana Bali-Bali Tobacco Control Initiative”

 

Proudly powered by WordPress
Theme: Esquire by Matthew Buchanan.