“Kita perlu melakukan langkah antisipatif sedini mungkin guna menekan tingginya angka konsumsi rokok di kalangan pelajar. Mereka yang masih belia kita ajarkan bagaimana menegur orang dewasa untuk tidak merokok melalui lisan maupun tulisan/surat, karena anak-anak sering menjadi perokok pasif yang dampaknya lebih berbahaya daripada perokok aktif,” tambah Ainal Mardhiah.
Pada kegiatan ini juga diadakan pemutaran video dan simulasi tentang proses asap rokok masuk ke tubuh manusia menggunakan alat dan bahan sederhana dari botol bekas, sehingga siswa/i dapat membayangkan bagaimana rokok memengaruhi kesehatan organ dalam tubuh perokok itu sendiri.
“Anak-anak lebih cepat mengerti bila kita berikan contoh seperti simulasi sehingga mereka akan mengetahui dampak buruk dari rokok di benak mereka hingga dewasa. Kita harapkan mereka tumbuh sebagai generasi Aceh yang sehat tanpa rokok,” ujar Andi Tharsia, Wakil Direktur CTCS selaku koordinator simulasi.
Sejumlah relawan anti rokok terlibat dalam sosialisasi ini. Rizanna Rosemery, Diana Setya, Fani Sartika, dan Rizki Maulida dan pihak sekolah Fatih selaku tuan rumah. Pihak SD Teuku Nyak Arief Fatih Bilingual School.
“Kami sangat senang dan salut dengan kepedulian CTCS untuk turun ke sekolah melakukan kampanye tentang efek negatif rokok di sekolah kami. Kami juga berharap CTCS bisa mengadakan kegiatan positif ini lagi di berbagai sekolah, tidak hanya di Banda Aceh tetapi juga di daerah untuk menyadarkan pelajar dan institusi pendidikan tentang bahaya rokok sejak dini,”Ade Setiawati, kepala SD Teuku Nyak Arief Fatih Bilingual School.
Sosialisasi ini bagian dari kekhawatiran angka perokok di Aceh berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 pada kelompok umur 1-14 tahun 1,4 persen dan pada kelompok umur 15-19 tahun 18,3 persen. Jika tidak dilakukan upaya pencegahan, tingkatan perokok pemula akan terus naik. (Baihaqi Jbir)